Masalah pokok yang paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apapun selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan dana (modal) untuk membiayai usahanya. Dana merupakan masalah pokok yang selalu ada dan selalu muncul dalam setiap usaha. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak dibidang keuangan atau yang sering kita sebut dengan lembaga keuangan, dalam praktiknya lembaga keuangan digolongkan kedalam dua yaitu pertama lembaga keuangan bank dan kedua lembaga keuangan lainnya.

Lembaga keuangan bank atau kita sebut saja bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap, mulai dari menghimpun dana sampai menyalurkan dana. Sebaliknya lembaga keuangan lainnya atau lembaga pembiayaan lebih terfokus kepada salah satu bidang saja apakah penyaluran dana atau penghimpunan dana walaupun ada juga lembaga keuangan lainnya yang melakukan keduanya. Keunggulan kelompok lembaga keuangan bank adalah memberikan pelayanan keuangan yang paling lengkap diantara lembaga keuangan yang ada.

Lembaga keuangan yang merupakan suatu konsep simpan pinjam dengan prinsip syariah kini juga  semakin berkembang. Masyarakat pun  tentunya  tidak asing lagi dengan keberadaan koperasi jasa keuangan syariah, jasa keuangan syariah hingga, bank perkreditan rakyat syariah (BPRS).

Salah satu yang sekarang kian berkembang pesat  adalah BPR. Lantas, apa sebenarnya perbedaan dalam mengajukan kredit di BPR dengan bank umum? Simak jawabannya dalam beberapa ulasan dibawah ini.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membagi jenis bank di Indonesia berdasarkan undang-undang (UU) yang berlaku. Selain bank umum, Indonesia memiliki bank perkreditan rakyat (BPR). Secara karakteristik, BPR berbeda dengan bank umum.

Mengutip laman OJK, diungkapkan bahwa BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena BPR dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian. BPR biasanya memiliki segmen berbeda dengan bank umum.

Jika bank umum segmennya adalah masyarakat kelas menengah dan kelas atas, maka BPR biasanya menyasar segmen di masyarakat kelas menengah ke bawah. Hal ini berkaitan dengan kemampuan modal BPR.

Adapun usaha yang bisa dilaksanakan oeh BPR, yakni pertama, menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Ketiga, memberikan kredit. Keempat, menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kelima, menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain

Leave a reply

Tahun 2013 merupakan tahun terkelam dalam perjalanan hidup Tutuk Kurniawan. Pengusaha yang telah 40 tahun malang melintang berbisnis di sektor transportasi ini terbelit kasus hukum yang membuatnya nyaris menjadi pesakitan.

Di saat terbelit masalah, tak ada seorang pun yang mau membantunya. Rekan-rekannya sesama pebisnis terkesan takut memberikan bantuan kepada Tutuk. Pun demikian pihak perbankan yang selama ini berhubungan baik dengannya, tak lagi mempercayainya untuk memberikan pinjaman modal. Padahal sebagai pebisnis yang menghidupi ribuan karyawan, dia membutuhkan bantuan modal untuk menjaga bisnisnya terus berjalan. Di masa-masa sulit itu, BPR Weleri Makmur justru mengulurkan tangan untuk membantu Tutuk. Pinjaman Rp 2 miliar yang diajukan Tutuk disetujui oleh BPR Weleri Makmur. Tak pelak hal itu menjadi kenangan manis di benak Tutuk. “Di saat saya mengalami masalah, semua orang takut membantu saya. Di saat seperti itu, BPR Weleri Makmur justru menolong saya dengan memberi pinjaman. Nilainya tidak banyak, tapi seperti setetes air di musim kemarau. Meski sedikit tapi sangat berarti ketimbang sekolam air di musim penghujan,” katanya, berbinar.

Dengan uang pinjaman tersebut, Tutuk mencoba untuk bangkit dari keterpurukan dan memulihkan nama baiknya. Perlahan namun pasti, bisnis dan nama baiknya kembali pulih. Pihak perbankan pun kembali menaruh kepercayaan padanya hingga sekarang.Saat dikunjungi tim WMagz di kantornya, Jalan Telaga Bodas nomor 1, Gajahmungkur, Tutuk sebenarnya tengah cukup sibuk mengurus bisnisnya. Namun dia meluangkan waktunya untuk menerima tim WMagz lantaran teringat dengan kenangan manisnya terhadap BPR Weleri Makmur.

Kepada WMagz, Tutuk menceritakan, kiprahnya dalam bisnis transportasi dimulai dengan mendirikan Surabaya Taxi pada 1 April 1973 silam. Saat itu, armada yang digunakannya masih merupakan armada pinjaman. Lima belas tahun kemudian, tepatnya 27 Desember 1988, dia mendirikan Taxi Atlas. Awalnya, dia hanya mengoperasikan 25 armada. Pada tahun 1996, armadanya mencapai 960 taxi dengan jumlah pengemudi lebih dari 3.600 orang. Saat ini, tak kurang dari 350 armada Taxi Atlas beroperasi di Kota Semarang.

1 Januari 1990, bisnis transportasi Tutuk resmi merambah bandara Ahmad Yani Semarang. Bekerja sama dengan Penerbad, dia mengelola taxi airport yang melayani penumpang pesawat dari dan menuju Bandara Ahmad Yani. Awalnya dia hanya mengoperasikan 74 armada taxi airport. Namun saat ini jumlah armada taxi airport yang beroperasi telah bertambah menjadi 125 armada.Baru-baru ini, Tutuk menandatangani kerjasama dengan pihak penyedia taxi online, Grab, di mana sebanyak 400 armada Taxi Atlas melayani masyarakat yang membutuhkan transportasi murah dan cepat. “Orang harus bersikap realistis dan melihat kondisi yang sedang berjalan. Tidak ada salahnya mengikuti perubahan zaman supaya bisnis yang sudah dibangun selama bertahun-tahun tidak mati,” ujarnya.

Selain taxi, dia juga menjadi operator pengelola Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang koridor 1,2, 5,dan 6 sejak 18 September 2009. Sebanyak 35 dari 85 armada BRT yang beroperasi melayani masyarakat Kota Semarang adalah miliknya.Tutuk menyadari, dalam bisnis apapun selalu ada pasang surut yang dihadapi. Agar dapat meraih kesuksesan, menurutnya seorang pengusaha harus memiliki kapabilitas, karakter dan kolateral yang mumpuni.“Harus ulet, rajin bekerja dan jujur. Jangan sekali-sekali menipu orang. Sekali nipu, habis usahamu yang sudah dibangun bertahun-tahun. Juga harus pantang menyerah dan ojo dumeh,” katanya. [LAU]

Leave a reply

usaha dengan modal terbatas

Jaman sekarang emang susah ya cari pekerjaan. Cari kesana kemari susah sekali. Sekalinya ada lowongan, eh yang daftar banyak. Ada lowongan lagi tapi tidak sesuai dengan kemampuan. Padahal di jaman yang semakin maju ini, semua kebutuhan hidup harganya semakin naik alias mahal. Lalu apa yang harus kamu lakukan untuk menghadapi semua ini?

Jawabannya yaitu berwirausahalah. Wirausaha? Ya, wirausaha merupakan dimana seseorang berani untuk membuka sebuah usaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, penyusunan operasi untuk produk baru, serta mengatur permodalannya.

Bukankan wirausaha itu membutuhkan modal yang besar? Jika yang terbayang di dalam pikiranmu adlaah modal yang besar, kamu salah. Tidak semua wirausaha membutuhkan modal yang besar. Ada beberapa usaha dengan modal terbatas tapi bisnisnya dijamin menjanjikan loh. Kira-kira usaha dengan modal terbatas apa ya yang tepat untukmu? Berikut usaha dengan modal terbatas tapi menjanjikan.

Jalankan Usaha Dengan Modal Terbatas Tapi Menjanjikan

  1. Bisnis Kuliner

Yang pertama ada bisnis kuliner. Bisnis kuliner ini terbilang sangat menjanjikan. Kenapa tidak, semua orang pasti membutuhkan maka bukan? Tentu saja bisnis kuliner ini akan lebih cocok untuk kamu yang suka bergelut di dunia perkulineran ya.

Bisnis kuliner menjadi salah satu dari banyaknya usaha dengan modal terbatas yang paling sering dipilih oleh orang. Model bisnis ini juga bisa dijalankan dengan modal yang relatif kecil lho. Dan bila kamu tidak punya keahlian dalam dunia kuliner namun sangat ingin memiliki sebuah bisnis makanan, maka kamu bisa mempertimbangkan untuk membeli bisnis waralaba makanan dengan modal yang kecil, misalnya waralaba makanan camilan.

  1. Bisnis Jasa Jahit

Banyak orang yang ingin menjahitkan pakaiannya dengan model dan ukuran tertentu, terutama mereka yang memiliki tubuh yang agak gemuk atau terlalu kurus. Nah, mereka ini pasti selalu mencari jasa penjahit pakaian yang bisa membuat pakaian yang sesuai dengan bentuk tubuh mereka. Peluang bisnis yang satu ini sangat cocok untuk orang yang memiliki minat pada dunia fashion, tentunya kamu harus memiliki kemampuan dalam menjahit dan mendesain pakaian.

  1. Bisnis Toko Sembako

Memang peluang usaha membuka warung/ toko sembako (sembilan bahan pokok) sangat potensial karena pasti akan selalu dicari masyarakat. Namun, bisnis ini sudah cukup banyak yang menjalankannya, karena itu sebaiknya lihatlah tingkat persaingan yang ada, lokasi, dan juga modal yang dimiliki.

  1. Bisnis Laundry

Kalau diperhatikan bisnis laundry ini semakin menyebar dan semakin banyak layanannya, bahkan ada yang menawarkan untuk menjemput pakaian yang akan di laundry. Dan bisnis laundry biasanya akan sangat laris bila berlokasi di dekat kampus, kost-kostan. Bila kamu merasa bisnis ini cocok denganmu maka sebaiknya segera memulainya karena bisnis ini akan selalu dicari oleh banyak orang.

Nah itulah beberapa bisnis usaha dnenga modal terbatas yang dapat kamu tekuni. Semoga bermanfaat yaa.

Sedang mencari pinjaman untuk modal? BPRWM solusinya.

BPR Weleri Makmur mempunyai produk- produk yang beragam dari tabungan, deposito sampai kredit yang sesuai dengan kondisi nasabah, sehingga memungkinkan para nasabah dengan mudah mendapatkan layanan yang terbaik. Pelayanan terbaik dan kepuasan nasabah adalah satu hal yang sangat diutamakan, salah satunya dengan menjadi anggota dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sehingga simpanan masyarakat mendapat jaminan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Logo-BPR-WM-jargon

 

 

Jl. Majapahit, Ruko Gayamsari  No.17-20 Semarang

[024] 6733325

Leave a reply

 

Saat itu, modalnya sebesar Rp 10 juta  dirasa sangat kecil untuk membeli bahan baku  berupa besi dan  baja. Belum  lagi dia harus bisa menggaji dua  orang karyawan yang  membantunya. Walhasil, Gunawan hanya bisa menggarap proyek kecil-kecilan sesuai modal yang  ada. Segalanya serba terbatas sampai pada tahun 2014 dia memutuskan untuk mengajukan permohonan kredit di BPR Weleri Makmur. Setelah kreditnya disetujui.

Gunawan mendapat tambahan modal sebesar Rp 30 juta.  Dengan tambahan modal, Gunawan makin percaya diri untuk menggarap proyek kerja  yang  lebih  besar. “Dulu saya hanya mengerjakan proyek kecil-kecilan. Setelah dapat bantuan kredit dari  BPR WM, proyek makin banyak karena saya bisa menalangi modal untuk membeli besi  dan  membayar karyawan. Karena kalau  ikut tender proyek dibayarnya per termin. Jadi mau  tidak mau  kami harus siap modal dulu,” katanya.

Gunawan mengakui, dia kerap jatuh bangun dalam menjalankan usahanya. Terlebih dengan makin banyaknya saingan bisnis, tantangan usahanya makin tinggi. “Kadang  kita sudah beri  harga minim, masih ada saingan yang harganya lebih  minim dari  produk kita,” ujarnya.

Meski  demikian, Gunawan berprinsip untuk tetap jujur dalam berbisnis. Dia tidak ingin ikut-ikutan banting harga lalu memberikan material berkualitas rendah. Gunawan berkeyakinan, kejujuran seorang pengusaha berbanding lurus dengan rejeki yang  akan  didapatkannya. Semakin jujur  seseorang, maka  usahanya akan  semakin meningkat. Maka, setiap kali akan mengikuti tender suatu proyek, Gunawan tidak pernah lupa membawa contoh bahan yang digunakannya. Dia ingin  calon pembeli melihat bahwa tarif jasa yang  ditawarkannya sesuai dengan kualitas bahan yang digunakan.“Kadang  orang tidak mau  tahu soal bahan. Tahunya harga murah tapi  kualitas sama dengan yang mahal. Padahal ya tidak seperti itu. Barang yang  rigid pasti harganya lebih  mahal. Makanya saya ke mana-mana selalu bawa contoh bahan yang  saya pakai,” tuturnya.

Untuk jasa pembuatan tangga berikut pemasangannya, Gunawan mematok harga Rp 450 ribu/meter. Adapun untuk rangka baja, tarifnya Rp 600 ribu/meter. Memasuki tahun kedelapan, usaha Gunawan yang  berlokasi di Jalan Kali Kampar 1 nomor 13, Jagalan, Solo, berkembang cukup pesat. Pesanan dari dalam maupun luar  kota  terus berdatangan, hingga tak jarang dia kewalahan. Saat ini dia dibantu 5 orang karyawan tetap, dan  10 tenaga freelance. Setiap bulan, setidaknya dia mengantongi omset Rp 20 juta, di mana separuhnya merupakan laba bersihnya. Gunawan merasa beruntung telah menjadi mitra BPR WM. Baginya  BPR WM telah membantu usahanya sehingga bisa maju seperti sekarang. “BPR WM sangat mempermudah usaha. Asal kita punya produk, mereka punya produk, pasti dipermudah. Di bank  lain belum tentu semudah di BPR WM,” katanya. [Red]

 

 

Leave a reply

 

Sembilan tahun lalu, Ruswanto menjadi satu  dari sekian banyak orang yang memetik keuntungan dari meroketnya harga tanaman Jenmanii dan Gelombang Cinta. Dia meraup omset mencapai ratusan juta dan memutar balik hidupnya dari seorang pensiunan menjadi seorang pebisnis tanaman hias.

Bermodal uang pesangon dari perusahaan tempatnya bekerja, mantan karyawan di sebuah televisi swasta nasional ini itu dari  petani lokal. Dia berburu ke beberapa daerah untuk membeli Gelombang Cinta dengan harga rendah lalu menjualnya pada pembeli yang bersedia membayar dengan harga tinggi. Dari penjualan tanaman tersebut, Ruswanto meraih omzet hingga Rp 400 juta.  Padahal modal awalnya tak sampai seperempat dari  omzet. “Mungkin modal awalnya hanya sekitar Rp 50 juta,” katanya. Ketika  demam Gelombang Cinta berakhir, Ruswanto terlanjur menikmati bisnis tanaman. Dengan uang hasil penjualan Gelombang Cinta, dia membeli tanah seluas 3 ribu  meter persegi dan  mendirikan Taman Alam Raya. Produknya diperbanyak dan divariasi, tak sekedar tanaman yang sedang booming saja, melainkan tanaman yang  sekiranya dibutuhkan masyarakat. Dia juga menyediakan berbagai keperluan untuk taman seperti pot,  patung dan  lain sebagainya. Target pasarnya diperluas.

Tak hanya menyasar penikmat tanaman melainkan juga instansi, pengembang perumahan dan pabrik yang  membutuhkan tanaman untuk mengisi taman di kompleknya. Untuk menarik pembeli, Ruswanto memilih menjual tanaman yang  berbeda dari pesaingnya. Tak tanggung- tanggung, dia kerap berburu tanaman hingga ke Jakarta dan Medan, demi  mendapat tanaman yang  tidak dikembari penjual tanaman lain di Solo. “Saya tetap sediakan tanaman lokal yang  saya beli dari  petani di Kopeng dan  Bandungan, karena tanaman jenis  ini ada peminatnya sendiri. Kalau tanaman dari luar  kota,  cenderung beda dan minimalis. Tipe seperti ini banyak disukai instansi dan  pengembang perumahan,” katanya

Ruswanto menyadari bahwa usahanya sangat bergantung pada cuaca. Agar tidak rugi,  Ruswanto selektif memilih tanaman yang akan dijualnya. “Tanaman harus kuat dan  tahan cuaca. Jadi jika musim hujan datang, tidak banyak yang  mati,” ujarnya.

Untuk memperbesar usahanya, Ruswanto mengajukan bantuan modal di BPR Weleri Makmur. Meski  baru pertama kali bersentuhan dengan BPR Weleri Makmur, namun Ruswanto sudah terkesan dengan pelayanannya yang  cepat dan  komunikatif. “Tidak susah. Petugasnya cepat dan  komunikatif. Mudah- mudahan usaha saya lancar sehingga kerjasama ini berlanjut sampai nanti,” harapnya. [Red]

 

Leave a reply

Sabtu malam di awal Mei 2015 menjadi malam yang  paling mencekam bagi para pedagang Pasar Johar. Percikan api yang  muncul secara tiba-tiba dari  salah satu kios menjadi biang malapetaka bagi pedagang yang  menggantungkan hidupnya pada denyut Pasar Johar. Api dengan cepat merambat ke seluruh bagian pasar. Hembusan angin malam menambah kecepatan si jago merah melahap bangunan pasar beserta segala macam dagangan yang ditinggalkan para pedagang. Asap hitam tebal membumbung tinggi.

Malam  itu, nyaris tak ada yang terlewat dari  jilatan api. Sebagian besar kios Pasar Johar hangus terbakar, tak terkecuali kios suvenir milik pasutri Imam  Sutrisno dan  Dwi Ana Riyanti.  Ana, sapaan Dwi Ana Riyanti, mengaku sempat terguncang setelah menerima kabar kebakaran tersebut. Tak ada waktu lagi baginya untuk menyelamatkan barang dagangan dan pesanan suvenir yang  terlanjur dipersiapkan untuk diambil pelanggan keesokan harinya.

Dia juga harus merelakan hasil jerih  payahnya selama dua tahun menjadi abu. Meski punya segudang alasan untuk sedih, Ana justru tak ingin  terlalu lama  larut dalam kesedihan dan kekalutan. Dia mengingat satu per  satu pelanggannya yang  telah mempercayakan perlengkapan momen sakral mereka pada Ana. Dia tak mau  musibah yang dialaminya turut dialami para pelanggannya. “Saya mencoba untuk legawa lalu menghubungi pelanggan satu per  satu dan  saya ceritakan kepada mereka apa yang  terjadi. Meski  saya sendiri sedang dilanda musibah, tapi  saya tidak mau mengecewakan pelanggan yang sudah mempercayai saya. Apalagi, pernikahan adalah momen penting, sekali  seumur hidup. Jadi saya berusaha tetap memenuhi pesanan pelanggan. Untuk item tertentu yang  barangnya sudah tidak ada,  saya tawarkan suvenir pengganti kepada mereka. Alhamdulillah mereka semua mengerti,” kenangnya.

Untuk menyediakan barang pengganti untuk pesanan yang terbakar, Ana harus merogoh tabungan pribadinya. Dari tabungan itu pula,  Ana dan suaminya menyewa sebuah kios baru di kawasan Bubakan, tepatnya di Jalan Sendowo, dan memulai usaha dari  nol. Ana sengaja tak menempati kios sementara yang  disediakan Pemerintah Kota Semarang. Itu lantaran kios tersebut tak cukup besar untuk menampung barang dagangannya. Pun  lokasinya pun  tidak strategis sehingga dia memilih menyewa kios di lokasi lain. Saat ini, dengan dibantu permodalan oleh  BPR WM, Ana membuka toko baru di Jalan MT Haryono, berseberangan dengan Pasar Peterongan. Kios di Jalan Sendowo dikelola oleh  suaminya, sedangkan Ana mengelola kios barunya. Di kios itu Ana menyediakan berbagai kebutuhan pernikahan seperti undangan, aneka macam suvenir, aksesoris, kotak hantaran pernikahan juga tasbih buatannya. Dia berharap keberadaan kios ini bisa membantu calon pembeli menjangkau usahanya. Terlebih lokasinya cukup strategis, sehingga mudah dijangkau calon pembeli dari  Semarang atas.

Menjaga  Kepercayaan

Untuk membantunya mengelola bisnis ini, Ana tidak mempekerjakan karyawan, melainkan memberdayakan kedua anaknya. Untuk menggarap pesanan suvenir, dia menyerahkannya pada tenaga lepas harian yang  sudah lama  ikut membantunya. Ana tak mau  mengecewakan pembelinya sedikitpun. Menurutnya, dengan memberikan uang muka pemesanan, berarti pembeli telah menaruh kepercayaannya pada usahanya. Kualitas dan  kerapian suvenir selalu diutamakan. Untuk itu, Ana selalu mengecek suvenir yang  akan  diserahkan kepada pembeli. Khusus untuk hantaran pernikahan, Ana mengerjakannya sendiri agar  hasilnya sesuai dengan selera dan  keinginan pembeli. “Kalau sudah dipercaya ya kita harus bisa menjaga kepercayaan itu. Tepat janji, dan  jangan kurangi mutu produk. Ini penting untuk menjaga pelanggan, karena pelanggan juga lah yang  membuat usaha saya makin dikenal orang dan  maju,” ujarnya. Di kedua kios yang dikelolanya, Ana optimis dapat memulihkan bisnis dan  mengganti modal yang ikut terbakar. Terlebih pasar perlengkapan pernikahan di Semarang masih terbuka lebar. Dia cukup menyediakan berbagai kebutuhan pernikahan yang  dapat dipilih  masyarakat dari  berbagai lapisan sosial  ekonomi. “Tapi kita harus selalu berinovasi dan kreatif supaya dapat memenuhi selera dan  keinginan konsumen,” katanya. Kehadiran BPR WM di tengah masa sulitnya dirasa Ana sangat membantu. “Saya puas jadi nasabah di BPR WM. Prosedurnya sederhana, cepat. Suku bunga terjangkau. Pelayanannya sangat bagus. Berbeda dengan bank pemerintah. Prosedurnya lama dan terlalu bertele-tele, itu pun belum tentu lolos. Padahal kami pedagang kecil butuh modal segera untuk usaha.” [red]

 

Leave a reply

Meninggalkan zona nyaman sebagai karyawan demi  menjajal peruntungan di dunia usaha bukanlah pilihan yang mudah bagi Tri Meiyanti. Tak heran, ibu satu  anak ini butuh waktu  dua tahun untuk memantapkan keputusannya meninggalkan karir yang sudah 15 tahun dijalaninya setelah  resmi mengundurkan diri dari sebuah  bank asing ternama, Yanti, demikian Tri Meiyanti akrab disapa, didukung sang suami untuk memulai bisnis merangkai seserahan dan suvenir pernikahan. Awalnya, bisnis ini dipilih agar Yanti memiliki kesibukan di rumah. Lagipula, Yanti menyukai kegiatan  rangkai-merangkai mahar dan seserahan.

Memanfaatkan  garasi rumahnya, Yanti mulai membuat  contoh seserahan. Foto seserahan buatannya dipromosikan di website  miliknya, www. omahmanten.com. Dari pemasaran secara online, pesanan mulai berdatangan. Sembari mengerjakan pesanan, Yanti berinisiatif untuk menyewa sebuah  ruko di kawasan Banyumanik, Semarang. Selain sebagai  ruang pamer dan tempat berproduksi, ruko ini juga digunakan Yanti untuk melihat respon masyarakat  terhadap bisnisnya.“Ternyata responnya bagus dan membuat  saya makin yakin, bisnis ini ada prospeknya,” kata wanita kelahiran Semarang, 29 Mei 1970 ini.

Meski bisnisnya cukup menjanjikan, tak berarti perjalanan usaha Omah Manten terus mulus. Tiga tahun  pertama adalah masa terberat bagi Yanti. Tak sekali Yanti merasakan  jatuh bangun  dalam menjalankan usahanya. Saat sedang  putus asa, ia kerap berpikir untuk kembali menjadi karyawan. “Saat itu saya merasa sendiri. Jatuh bangun  dan segala  hal yang menguras pikiran saya rasakan sendiri. Tapi setelah bergabung dalam sebuah komunitas  dan bertemu pengusaha lainnya, ada banyak hal yang bisa kami bagi bersama. Sharing pengalaman teman  lain itu sangat  membantu saya dalam memompa  motivasi dan meyakini langkah yang saya pilih,” tuturnya. Dan benar saja. Memasuki tahun keempat, Yanti mulai terbiasa pada goncangan dan menikmati usahanya  ini. “Sekarang saya menyesal, kenapa enggak resign dari dulu dan menekuni  bisnis ini lebih awal. Ternyata bekerja di kantor itu mengungkung kita. Sedangkan dengan  wirausaha, membuat kita belajar banyak hal dan menjadikan  kita orang yang lebih berkembang,” ujarnya. Tak ingin terus-terusan terbeban biaya sewa ruko, Yanti dibantu BPR WM, membeli  sebuah  rumah di Jalan Waru Raya nomor 86. Di rumah ini, Yanti memproduksi sekaligus memajang  aneka hantaran, seserahan dan suvenir pernikahan buatannya.

Demi memenuhi  kebutuhan modal saat pesanan membludak, Yanti mengandalkan fasilitas pinjaman dari BPR WM. “Saya sangat  terbantu oleh BPR WM dalam mengembangkan usaha. BPR WM tidak hanya menyediakan dana pinjaman, tapi juga berperan sebagai  financial advisor. Karena kebutuhan modal saya biasanya bersifat periodik, jadi setiap ada rencana  pinjaman, saya selalu diarahkan  memilih pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan bayar saya,” terangnya.

Menilik segala  perjuangannya dari awal hingga Omah Manten telah berkembang seperti sekarang, menurut  Yanti itu tak lepas dari kegigihan dan semangatnya untuk terus bertahan. Kepada para pengusaha yang tengah merintis bisnisnya atau yang tengah  dilanda kesulitan dalam mengembangkan bisnis, Yanti berkenan  berbagi kunci kesuksesannya. Kunci pertama, adalah membangun usaha yang berawal dari hobi.“Kedua, harus langsung  berdiri ketika jatuh. Apalagi di tahun- tahun  awal pasti banyak jatuhnya. Jatuh itu biasa, tapi kita harus langsung  berdiri. Agar lebih semangat, ikutlah komunitas  yang bisa saling sharing pengalaman dan memotivasi. Itu sangat berguna supaya tidak merasa berjuang  sendiri,” sarannya. [Lau]

 

Leave a reply

Meldi Yonatan nyaris menapaki karir sebagai manager  ketika dia memutuskan berhenti bekerja. Karirnya yang melesat bak roket ditinggalkannya demi menjalankan usaha suplai kepiting untuk rumah makan di Jalan Palagan, Yogyakarta. meski keputusannya untuk resign sempat  ditawar oleh pimpinan perusahaan tempatnya bekerja, namun meldi tak berubah  pikiran sedikitpun. dia tetap  bertekad untuk berwirausaha dan menjadi bos untuk dirinya sendiri.

Bermodal BPKB motor bebek yang dimilikinya, meldi mengajukan bantuan permodalan dari BPR WM kantor cabang surakarta. awalnya, modal itu digunakannya untuk mengembangkan usaha suplai kepiting. namun, meldi tak pernah menyangka, kepiting-kepiting itu membukakan jalannya untuk menjadi supplier bahan  makanan segar untuk Carrefour Transmart di wilayah soloraya.

Berkat  keuletannya, dalam waktu tujuh tahun  saja, meldy sudah mampu memperbesar usahanya. Kini Meldi pun tak hanya memasok sayur, melainkan  buah, ikan dan telur. awal tahun  ini, meldi menambahkan daging segar dalam daftar komoditi barang yang dia pasok ke jaringan supermarket yang sahamnya  telah dimiliki sepenuhnya oleh bos Trans Corp, Chairil Tanjung. Dari usaha ini, ia pun bisa membeli rumah, mobil dan beberapa unit sepeda  motor. “Kalau dulu saya tidak memutuskan resign, mungkin motor suzuki smash saya hanya naik level jadi Honda Vario,” ujar pria kelahiran balikpapan, 8 mei 1975 ini. di samping bisnis supplier, meldi juga mengelola bisnis sampingan di bidang event organizer dan biro wisata bernama  aira Trans. bersama kakaknya, meldi juga tengah  mengembangkan bisnis percetakan dan penerbitan buku. modal untuk mengembangkan usaha ini didapatkannya dari bisnis supplier yang merupakan bisnis utamanya. Meldy menambahkan, majunya usaha yang digelutinya  saat ini tak lepas dari dukungan  BPR WM. Bantuan permodalan dari BPR WM membantunya mempertahankan dan mengembangkan usahanya, tanpa  membebani keuangannya.

BPR WM bunganya  ringan, sangat membantu pengusaha seperti  saya. saya senang  jadi nasabah bPR Wm,” ujar meldi yang sudah menjadi nasabah bPR Wm sejak 2003 ini. Kepada para pembaca  Wmagz, Meldi bersedia  berbagi tips suksesnya  dalam menjalankan usaha suplai bahan  makanan  segar. “Yang penting  kita harus komitmen kepada siapa saja. Jangan mencla- mencle, supaya selalu dipercaya. Juga harus jujur, kalau untung  ya ngomong  untung, kalau rugi ya ngomong  rugi,” tandasnya.

Leave a reply

Ketika memutuskan menikah dengan  sang suami, Tri Widodo, sri mulai menerima  pesanan jahitan dari tetangga sekitarnya. sebagai bagian dari pelayanan, sri pantang menolak pesanan dari pelanggan. semua pesanan dikerjakannya dengan  hati- hati dan sesuai permintaan pelanggan. Jika mendapatkan komplain, semua masukan dari pelanggan diterimanya  dengan tersenyum.“sejengkel apapun sama pelanggan, tapi jangan pernah  marah sama mereka. Tetap tersenyum  di depan  pelanggan, meskipun nanti di belakang jengkel,” kata warga sugih Waras RT 3/6 Wonorejo, gondangrejo, Karanganyar ini.

Setelah berkenalan dengan  bPR Wm, sri mulai mengembangkan usahanya. modal yang didapatkannya dari bPR Wm dia gunakan  untuk membeli  mesin jahit dan menambah tenaga  kerja. saat ini, sri memiliki enam tenaga penjahit  yang membantunya melayani pesanan pelanggan. Pelayanan  yang ramah dan kualitas jahitan yang rapi membuat  usaha sri cepat tersohor. dalam beberapa kesempatan, dia kerap menerima pesanan jahitan seragam  dalam jumlah besar dari beberapa instansi  di soloraya. banyaknya tenaga  kerja yang dipekerjakannya membantunya menyelesaikan banyak pesanan dalam waktu singkat. Walhasil, pesanan pun makin mengalir  bak semburan mata air.

sembari mengerjakan pesanan dari pelanggannya, sri saat ini menjajaki bisnis fashion online. dia bekerjasama dengan pemasar  online yang memesan baju darinya. Cara kerjanya cukup kilat, yakni si pemasar mengirimkan  gambar desain baju melalui pesan Whatsapp, lalu sri menjahit  kain sesuai desain gambar yang dikirimkan. Tidak pernah  ada pertemuan antara  sri dengan  pembeli seperti  layaknya pelanggan yang memesan jahitan “biasanya pakai ukuran s, m, l atau Xl. Tergantung  permintaan, nanti tinggal saya buatkan  sesuai patokan  ukuran yang saya punya. saya yang bikin bajunya, dia yang memasarkan. Jadi saling menguntungkan,” terangnya.

Meski rejeki terus mengalir, namun sri tak lantas  menggunakan hasil keringatnya  untuk foya-foya. Penghasilan yang didapatkannya dari bisnis menjahit  digunakannya untuk membeli  rumah, tanah, mobil dan merintis usaha snack kering bersama  sang suami sejak 2010 lalu. “saya tidak pernah  menganggap uang yang saya punya itu milik saya sendiri. itu prinsip saya

supaya uang yang saya dapat  tidak habis untuk foya-foya. semua ini untuk anak-anak  dan masa depan mereka,” kata ibu tiga anak ini. bisnis snack dikelola penuh oleh suaminya. adapun sri tetap fokus pada bisnis konveksi yang telah menghidupinya dan keluarganya. sri menyadari  dia tidak bisa bekerja sendiri. maka, dia selalu menjaga  hubungan baik dengan  karyawannya. dia pun tidak melarang  karyawan untuk menerima  jahitan di luar pekerjaannya. bahkan  kadang dia membantu anak buahnya menyelesaikan pesanan pribadinya. “saya senang  dan mendukung karyawan untuk buka jasa jahit di rumah, asalkan tidak mengganggu pekerjaan  utamanya  di sini,” katanya. meski bisnisnya sudah cukup besar, namun sri masih setia menjadi nasabah bPR Wm kantor kas nusukan. Terlebih, dalam waktu dekat, dia berkeinginan untuk memperbesar usaha snack kering yang menurutnya cukup potensial di masa depan. “Kredit di bPR Wm bunganya  kecil jadi tidak memberatkan pengusaha kecil seperti  saya. Kebutuhan modal saya terpenuhi, tapi saya juga masih bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga  lainnya. Jadi saya tidak ragu untuk mengajukan bantuan modal di bPR Wm,” tuturnya. [lau]

 

Leave a reply

 

Bagi H. Riyanto Joko nugroho dan Hj. nur Widayati se, beras tak semata menjadi makanan pokok sehari-hari melainkan juga bagian dalam jalan hidup. meski sudah akrab dengan beras sejak kecil, namun Joko, sapaan Riyanto Joko nugroho, baru merintis usaha jual beli beras ketika kuliah di akademi Pariwisata ambarrukmo, Yogyakarta. dia merintis usahanya dari nol, dengan memasarkan beras ke warung-warung dan pasar tradisional di Yogyakarta.

Keterbatasan uang saku dari orang tua “memaksanya” untuk menekuni bisnis ini. berkat kegigihan dan komitmen Joko dalam menjaga kualitas beras yang dijual, omsetnya pun terus bertambah. Perlahan, pria kelahiran 9 desember 1969 ini mampu memperluas jaringan pemasarannya hingga ke restoran-restoran di Yogyakarta.

Berkat beras pula, Joko berkenalan dengan nur, anak seorang pengusaha penggilingan padi di Yogyakarta. meski tak jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi perlahan benih-benih cinta tumbuh di hati keduanya. Pada 1995, Joko resmi meminang nur sebagai istrinya. bisnis jual beli beras rintisan Joko tetap berlanjut pascamenikah. malah bisnis itu terus tumbuh berkat dukungan sang istri. bagi Joko, nur tak hanya jadi pasangan hidup namun juga partner kerja yang selalu dapat diandalkannya. mulai dari kegiatan produksi hingga pemasaran dilakukan sendiri oleh keduanya. Kepada sang istri, Joko selalu terbuka soal keuangan. Keduanya juga berusaha untuk tidak terlalu terbeban dengan hutang. Hutang yang mereka miliki untuk menjalankan usaha, semata-mata hanya sebagai stimulus supaya lebih giat bekerja. lantaran tidak terbeban hutang-piutang, laba yang didapatkan Joko dan nur dari usaha produksi beras dapat disisihkan untuk memperbesar modal usaha.

“itu sudah komitmen saya dan istri untuk menyisihkan laba dan menambah modal. Karena semakin besar modal yang kita miliki, pangsa pasar bisa dikuasai. Tapi kita juga harus bisa menahan diri. Kalau cash flow rendah, ya tidak usah beli (gabah). Percaya saja, rejeki sudah diatur. Kalau memang rejeki pasti ada jalannya,bendahara Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan beras indonesia (Perpadi) Jawa Tengah ini saat ditemui tim Wmagz di kantornya di desa seyegan, Kelurahan Karanganom, Kecamatan Klaten utara, Kabupaten Klaten, awal Februari lalu.

Menjadi pengusaha penggilingan padi, dikatakan nur, tak melulu menguntungkan. selama masa paceklik seperti saat ini, kualitas beras terbilang buruk, banyak butir padi yang rusak. sedangkan kuantitas sangat terbatas. “Kalau masa seperti ini, gabahnya tidak mesti. Kadang rendemennya tidak bagus, bahkan ada yang isinya kosong. beda dengan saat musim panen, kuantitas berlimpah, dan hasil panenan bagus,” kata salah satu nasabah bPR Wm ini.saat ini Joko dan nur pun tengah dipusingkan dengan belum adanya Harga Patokan Pemerintah (HPP) yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo. Padahal, masa panen sudah semakin dekat. lantaran belum ada HPP, maka harga yang berlaku ditentukan dari faktor permintaan dan penawaran pasar.“ini susahnya kalau belum ada HPP. Pengusaha beras menjerit semua. Kami tidak bisa beli gabah dalam partai besar. Padahal petani kalau gabahnya tidak dibeli ya kasihan,” Imbuhnya.

“Disiplin dalam segala hal dan komitmen itu perlu supaya kita dipercaya orang. Cengli, kalau orang Tionghoa bilang. Kalau kita ndak cengli, ndak dapat rezeki,” tandas pria yang juga menjabat sebagai sekjen Paguyuban mitra Kerja bulog solo se- Karesidenan surakarta ini. (lau)

Leave a reply